Kelas Kata Bahasa Indonesia



ADJEKTIVA
A.    Contoh Adjektiva Berdasarkan Jenis-Jenisnya
1.      Adjektiva Bertaraf
a.       Adjektiva pemeri sifat

aman
bersih
anyir
elok
cemar
lembut
keras
kekar
keruh
kotor
cocok
dangkal
indah
halus
kempis

b.      Adjektiva ukuran

ringan
berat
lapang
sempit
longgar
renik
tipis
tebal
luas
mungil
tinggi
rendah
pendek
kecil
panjang

c.       Adjektiva warna

Merah
Kuning
pink
hitam
putih
jingga
ungu
nila
lembayung
Hijau
Biru
Abu-abu

d.      Adjektiva waktu

lama
segera
cepat
lambat
singkat
mendadak
larut
sebentar
jarang
sering

e.       Adjektiva  jarak

jauh
dekat
akrab
rapat
renggang


f.       Adjektiva sikap batin

bahagia
bangga benci
berani
lembut
kagum
jahat
kesal
sedih
hampa
rindu
risau
sayang
yakin
takut
iba
pening
cemas

g.      Adjektiva cerapan
Penglihatan
Pendengaran
penciuman
Perabaan
Pencitarasaan
gelap
Bising
anyir
basah
asam
terang
Garau
busuk
halus
enak
suram
Nyaring
harum
kasar
pahit
kabur
Serak
semerbak
lembut
manis

Jelas
Tengik
licin
tawar
2.      Adjektiva tak bertaraf

abadi
buntu
mutlak
niskala
absurd
metais
sah
tentu
pelak
gaib
ganda
genap

Adjektiva bentuk masuk ke dalam adjektiva takbertaraf, contohnya:
1.      Bundar
2.      bengkok
3.      bulat 
4.      lonjong
5.      lurus







ADVERBIA
A.    Pengertian Adverbia
Definisi adverbia dibedakan dalam tataran frasa dan adverbia dalam tataran klausa. Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain.
Contoh:
1)      Ia sangat mencintai istrinya.
2)      Ia selalu sedih mendengar lagu itu.
3)      Kami hampir selalu dimarahinya setiap pagi.
Pada contoh di atas terlihat bahwa adverbia sangat menjelaskan verba mencintai, adverbia selalu menjelaskan adjetiva sedih, dan adverbia hampir menjelaskan adverbia selalu.
Dalam tataran klausa, adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis. Umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia ituberfungsi sebagai predikat. Fungsi sebagai predikat ini bukan satu-satunya ciri adverbia karena adverbia juga dapat menerangkan kata atau bagian kalimatyang tidak berfungsi sebagai predikat.itulah sebabnya ada sejumlah  adverbia yang selain dapat menerangkan verba, adjektiva , dan adverbia lain, juga dapat menerangkan nomina dan frasa preposisional serta mewatasi dan menjelakan pronomina dan numeralia.
Contoh:
1)      Guru saja tidak dapat menjawab pertanyaan itui lima bungku
2)      Ia merokok hampir lima bungkus sehari.
3)      Saya mau bertemu dengan beliau saja.
4)      A: “Kau suka nyanyi?”
B: “Ya, tapi hanya di kamar mandi.”
Pada contoh di atas adverbia saja menjelaskan guru yang berfungsi sebagai subjek; adverbia hampir menjelaskan lima bungkus yang berfungsi sebagai objek; adverbia saja menjelaskan dengan beliau yang berfungsi sebagai pelengkap; sedangkan di kamar mandi, yang merupakan keterangan, dijelaskan oleh adverbia hanya.

Kalau dilihat dari segi kategorinya, gurumerupakan nomina, lima bungkus frasa numeralia, sedangkan dengan beliau dan di kamar mandi merupakan frasa preposisional. Dengan demikian, yang dapat dijadikan patokan sebagai ciri adverbia tidak hanya fungsi kata atau bagian kalimat yang diterangkannya tetapi juga kategorinya.
Selain adverbia pada tataran frasa dan klausa, ada pula adverbia yang menerangkan seluruh kalimat. Jenis adverbia ini tidak terikat oleh unsur kalimat tertentusehingga tempat atau posisinya dalam kalimat pun dapat berpindah-pindah. Perpindahan posisi adverbia tampaknya dalam berikut ini tidak mengubah makna kalimat secara keseluruhan.
a.       Tampaknya ia tidak menyetujui usul itu.
b.      Dia sesungguhnya tidak menyetujui usul itu.
c.       Dia tidak menyetujui usul itu tampaknya.
Selain tampaknya, adverbia seperti sebenarnya, sesungguhnya, mestinya, agaknya, dan tentu saja juga mempunyai perilaku sintaksis yang sama. Karena perannya lebih cenderung merupakan penjelas kalimat, adverbia ini disebut juga keterangan kaliamat.
B.     Jenis-jenis Adverbia
1.      Adverbia dari segi bentuknya
a)      Adverbia tunggal
(1)   Adverbia yang berupa kata dasar

amat
bahkan
hanya
hampir
cukup
jarang
jua
juga
justru
kembali
kurang
lagi
lebih
lagi
malah(an)
mau
nian
pasti
patut
perlu
pernah
pula
pun
saja
sangat
segera
sekadar
sekali
selalu
senantiasa
sering
sungguh
tentu
terus
niscaya
paling
barang
baru
benar


(2)   Adverbia yang berupa kata berafiks
a.       Dasar + -nya

agaknya
akhirnya
biasanya
kiranya
mestinya
nyatanya
pokoknya
rasanya
artinya
rupanya
sayangnya
untungnya
khusunya
biasanya
umumnya
tampaknya

b.      Se- + Dasar + -nya
sebaiknya
sebenarnya
selayaknya
selekasnya
sesungguhnya
seyogianya
(3)   Adverbia yang berupa kata ulang

a.       Reduplikasi dasar

belum-belum
diam-diam
erat-erat
jarang-jarang
kadang-kadang
kira-kira
lagi-lagi
lekas-lekas
mahal-mahal
malam-malam
manis-manis
mula-mula
pelan-pelan
sering-sering
tebal-tebal

b.      Reduplikasi dasar + -an
gelap-gelapan
gila-gilaan
habis-habisan
kecil-kecilan
mati-matian
malam-malaman

c.       Se- + reduplikasi
sebaik-baik
setinggi-tinggi
sedalam-dalam
sesabar-sabar
selembut-lembut
b)     Adverbia gabungan
(1)   Adverbia berdampingan

acapkali
amat sangat
belum pernah
belum lagi
hanya saja
kadang kala
lagi pula
sering kali

(2)   Adverbia tak berdampingan

belum... lagi
belum... kembali
hampir... kembali
hanya... saja
hanya ... kembali
hanya... lagi
sangat ... sekali
tidak ... saja

2.      Adverbia Dari Segi Perilaku Sintaksisnya
Perilaku ssintaksis adverbia dapat dilihat berdasarkan posisinya terhadap kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh adverbia, yaitu:
1)      Adverbia yang mendahului kata yang ditearangkan:
Ia lebih tinggi dari adiknya.
Telaga itu sangat indah.
2)      Adverbia yang mengikuti kata yang diterangkan:
Tampan nian kekasih barumu.
Jelek benar kelakuannya.
3)      Adverbia yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan:
Paginya ia segera pergi meninggalkan kami.
Begitu mendengar berita itu, ia pergi segera.
4)      Adverbia yang mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan:
Saya yakin bukan dia saja yang pandai.
Bagiku, senyumnya sangat manis sekali.

3.      Adverbia Dari Perilaku Semantisnya
a)      Adverbia kualitatif
Adverbia kualitatif adalah adverbia yang menggambarkan mekna yang berhubungan dengan tingkat, derajat atau mutu. Yang termasuk adverbia ini adalah paling, sangat, lebih, dan kurang.
b)     Adverbia kuantitatif
Adverbia kuantitatif menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah, yang termasuk adverbia ini, antara lain, kata banyak, sedikit, kira-kira, dan cukup.
c)      Adverbia limitatif
Adverbia limitatif adalah adverbia yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Contoh kata adverbia ini adalah hanya, saja, dan sekedar.
d)     Adverbia frekuentitatif
Adverbia frekuentitatif adalah adverbia yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Kata yang tergolong adverbia ini adalah selalu, sering, jarang, dan kadang-kadang.
e)    Adverbia kewaktuan
Adverbia kewaktuan adalah adverbia yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa yang diterangkan oleh adverbia itu. Contoh, baru dan segera.
f)       Adverbia kecaraan
Adverbia kecaraan adalah adverbia yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan bagaimana peristiwa yang diterangkan oleh adverbia itu berlangsung atau terjadi. Bentuk adverbia ini adalah diam-diam, secepatnya, dan pelan-pelan.
g)      Adverbia kontrastif
Adverbia kontrastif adalah adverbia yang menggambarakn pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan sebelumnya. Contoh adverbia ini adalah, bahkan, malahan, dan justru.
h)     Adverbia keniscayaan
Adverbia keniscayaan adalah adverbia yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian tentang keberlangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang dijelaskan oleh adverbia itu. Bentuk adverbia ini adalah, niscaya, pasti dan tentu.

4.      Adverbia Konjungtif
Adverbia konjungtif adalah  adverbia yang menghubungkan satu klausa atau kalimat dengan klausa atau kalimat yang lain. Contoh adverbia ini adalah:

(akan) tetapi
bahkan
bahwasanya
biarpun demikian/begitu
dengan demikian
namun
oleh karena itu
oleh sebab itu
sebaliknya
sebelum itu
sekalipun demikian
selain itu
selanjutnya
sesudah itu
sesungguhnya
setelah itu
sungguhpun
demikian/begitu
tambahan pula
walaupun demikian/begitu
kecuali itu,
kemudian
lagi pula
malah(an)
meskipun demikian/begitu

5.      Adverbia Pembuka Wacana

adapun
akan hal
alkisah
arkian
dalam pada itu
mengenai
sebermula
syahdan


PRONOMINA

A.    Pengertian Pronomina
Dari segi semantisnya, pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.  Jika dilihat dari segi fungsinya dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki nomina, seperti subjek, objek, dan-dalam macam kalimat tertentu-juga predikat. Ciri lain yang dimiliki pronomina ialah bahwa acuannya dapat berpindah-pindah karena tergantung kepada siapa yang menjadi pembicara/penulis, siapa yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang dibicarakan.

B.     Jenis-jenis Nomina
1.      Pronomina Persona
Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronomina persona pertama), mngacu pada orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua), atau mengacu pada pronomina orang yang dicarakan (pronomina persona ketiga). Di antara pronomina tersebut ada yang mengacu pada yang berjumlah satu atau lebih dari satu. Ada bentuk yang bersufat eksklusif, ada yang bersifat inklusif, dan ada yang bersifat netral.

Persona
Makna
Tunggal
Jamak
Netral
Ekslusif
Inklusif
Pertama
Saya, aku, ku-, -ku

kami
kita
Kedua
Engkau, kamu, anda, dikau, kau-, -mu
Kalian, kamu, sekalian, anda sekalian


Ketiga
Ia, dia, beliau, -nya
mereka



Nomina Penyapa Dan Pengacu Sebagai Pengganti Pronomina Persona
Pada umumnya nomina penyapa  dan pengacu itu berkaitan dengan istilah kekerabatan seperti Bapak, Ibu, Kakak, Adik, dan Saudara, dan nama jabatan dan pangkat seperi lurah, profesor, dokter, dan kapten. Alih-alih berkata anda sekarang tinggal dimana? Orang memperhalus dan mengakrabkannya dengan kalimat bapak sekarang dimana?
Baik nomina penyapa dan pengacu yang berdasarkan hubungan kekerabatan ataupun yang berdasarkan hubungan jabatan atau hierarki mempunyai bentuk yang lebih pendek, seperti Pak, Bu, Prof, dan Dok. Dalam konteks tertentu, bentuk lengkap dan bentuk singkatnya dapat dipakai. Akan tetapi, di dalam konteks kalimat lain,hanya salah satu yang dapat dipakai dan bukan yang lain. Apabila nama diri mengikuti nomina itu, kedua macam bentuk itu dapat dipakai. Perhatikan contoh berikut:
1)      a. Baiklah, usul saudara akan kami pertimbangkan.
b.    Bagaimana pendapat Saudara Daryanto?
2)      a. Bapak Daryanto (Pak Daryanto) sekarang tinggal di mana? (Pertanyaan yang diajukan        kepada orang yang bernama Daryanto).
b.      Antarkan surat ini kepada Bapak. (permintaan kepada pendengar membicarakan persona ketiga).
3)      Ibu Kaswanti (Bu Kaswanti) duduk di sana saja supaya tidak masuk angin. (Saran yng di ajukan kepada Nyonya Kaswanti).
4)      Profesor Tarikan (Prof. Tarigan) mau minum apa? (Pertanyaan kepada Bapak Tarigan).
Jika nomina tidak diikuti nama diri, bentuk yang pendek tidak dipakai. Kalimat berikut tidak berterima.
1)      Tadi pagi Pak pergi ke mana?
2)      Apa Bu sudah makan?
3)      Apa Dok bersedia memberi resep tanpa periksa?
Jika bentuk yang pendek akan di pakai tanpa nama, kalimatnya harus berakhir dengan sapaan (vokatif), seperti terlihat pada contoh berikut.
1)      Tadi pagi pergi ke mana, Pak?
2)      Apa sudah makan, Bu?
3)      Apa bersedia memberi resep tanpa periksa, Dok?
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kita harus membedakan pronomina persona dari nomina penyapa an nomina pengacu persona. Nomina penyapa dipakai untuk pendengar/pembaca, sedangkan pengacu digunakan untuk mengacu pada orang yang dibicarakan. Namun keduanya bukan pronomina dan bukan pengganti pronomina. Di beberapa daerah di Indonesia Timur, bentuk pendek seperti Pak dan Bu sering dipakai tidak secara vokatif.
2.      Pronomina Petunjuk
Pronomina petunjuk dalam ahasa Indonesia aa tiga macam, yaitu (1) pronomina petunjuk umum, (2) pronomina petunjuk tempat, (3) pronomina petunjuk ihwal, (4) pronomina penanya.
a.      Pronomina petunjuk umum
Pronomina petunjuk umum ialah ini, itu, dan anu. Kat ini mengacu pada acuan yang dekat dengan pembicara/penulis, pada masa yang akan datang, atau pada informasi yang akan disampaikan. Untuk acuan yang agak jauh dari pembicara/penulis, pada masa lampau, atau pada infomasi yang sudah disampaikan, digunakan kata itu.
Sebagai pronomina, ini dan itu ditemptkan sesudah nomina yang diwatasinya. Orang juga memakai kedua pronomina itu sesudah pronomina persona, tampaknya untuk memberikan lebih banyak penegasan.
Contoh:

jawaban itu
lamaran itu
masalah ini
rumusan ini
saya ini
mereka itu

Kata anu dipakai bila seseorang tidak dapat mengingat benar kata apa yang harus dia pakai, padah ujaran telah terlanjur dimulai. Untuk mengisi kekosongan dalam proses berpikir ini orang memakai pronomina  anu seperi pada kalimat berikut ini.
(1)   Kemarin saya beli anu-itu yang dipakai untuk potong rambut-gunting!
(2)   Mereka mau anu-mau pinjam kredit di bank.
Anu kadang-kadang juga dipakai bila si pembicara tidak mau secara eksplisit mengatakan apa yang dia maksud. Perhatikan contoh berikut:
(1)   Duduklah dengan baik supaya anumu tidak kelihatan.
b.      Pronomina Petunjuk Tempat
Pronomina petunjuk tempat dalam bahasa Indonesia ialah sini, situ, atau sana. Titik pangkal perbedaan di antara ketiganya ada pada pembicara: dekat (sini), agak jauh (situ), dan jauh (sana). Karena menunjuk lokasi, pronomina ini sering digunakan dengan preposisi pengacu arah, di/ke/dari, sehingga dapat  di/ke/dari sini, di/ke/dari situ, dan di/ke/dari sana.
Contoh:
(1)   Kita akan bertolak dari sini.
(2)   Barang-barangnya ada di situ.
(3)   Siapa yang mau pergi ke sana.
c.       Pronomina Petunjuk Ihwal
Pronomina petunjuk ihwal dalam bahasa indonesia ialah begini dan begitu. Titik pangkal perbedaannya sama dengan petunjuk lokasi: dekat (begini), jauh (begitu). Dalam hal ini jauh dekatnya bersifat psikologis. Perhatikan contoh berikut.
(1)   Dia mengatakan begini.
(2)   Jangan berbuat begitu lagi.
Di samping bebini dan begitu, ada pula demikian yang mencakup keduanya, contoh:
(1)   Memang, kemarin dia mengatakan demikian.
d.      Pronomina penanya
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemerkah pertanyaan. Dari segi maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai (a) orang, (b) barang, atau (c) pilihan. Pronomina siapa dipakai jika yang ditanyakan adalah orang atau nama orang; apa bilang barang;dan  mana bila suatu pilihan tentang orang atau barang.
Di samping itu, ada kata penanya lain, yang, meskipun bukan pronomina akan dibahas pada bagian inijuga. Kata-kata itu mempertanyakan (d) sebab (waktu), (f) tempat, (g) cara, dan (h) jumlah atau urutan. Berikut ini adalah kata penanya sesuai dengan maknanya di atas.
a.       siapa
b.      apa
c.       mana
d.      mengapa/kenapa
e.       kapan, bila(mana)
f.       di mana, ke mana, dari mana
g.      bagaimana
h.      berapa
Jika ditinjau dari segi bentuknya  sebenarnya hanya dua unsur yang mendasari semua kata penanya, yakni apa dan mana. Dua unsur dasar itu kita kembangkan menjadi bentuk lain yang mengikuti pola berikut.
si
meng-
ken-
k-n
(ke)ber-




+ apa
apa
siapa
mengapa
kenapa
kapan
(ke)berapa
di
ke
dari
bagai
bila


+ mana
di mana
ke mana
dari mana
bagaimana
bilamana

C.    Frasa Pronomina
Pronomina dapat juga menjadi frasa dengan mengikuti kaidah berikut.
1.      Penambahan numeralia kolektif
Mereka berdua
Kami sekalian
Kamu semua
2.      Penambahan kata petunjuk
Saya ini
Kami itu
Mereka itu
3.      Penambahan kata sendiri
Saya sendiri
Dia sendiri
Mereka sendiri
4.      Penambahan klausa dengan yang
Tampaknya hanya persona mereka yang dapat di pakai di sini. Contoh:
Mereka yang tidak hadir (akan ditegur)
Mereka yang menolak reformasi (akan tergilas)
5.      Penambahan frasa nominal yang ebrfungsi apositif
Contoh:
Kami, bangsa Indonesia
Kamu, para pemuda
Saya, pencinta damai ini



NUMERALIA
A.    Pengertian Numeralia
Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep.
B.     Jenis-jenis Numeralia
1.      Numeralia pokok
Nimeralia pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilangan-bilangan lain. Numeralia pokok, yang memberi jawab atas pertanyaan “Berapa?”. Numeralia pokok terbagi atas:
a.       Numeralia pokok tentu
Numeralia pokok tentu mengacu pada bilangan pokok:
0         --          nol
1         --          satu
2         --          dua
3         --          tiga
4         --          empat
5         --          lima
6         --          enam
7         --          tujuh
8         --          delapan
9         --          sembilan
b.      Numeralia pokok kolektif
Numeralia pokok kolektif dibentuk dengan prefiks ke- yang ditempatkan di muka nomina yang diterangkan
Contoh:
Ketiga pemain             --          semua dari nomor satu samapi ke nomor tiga
Kedua gedung             --          baik gedung pertama maupun gedung kedua
Jika diikuti dengan nomina, biasanya bentuk itu diulang dan dilengkapi dengan –nya peratikan jawaban berikut:
Anda memilih yang mana?                 --          kedua-duanya
Kita membeli berapa?                         --          ketiga-tiganya
Numeralia kolektif juga dapat dibentuk dengan cara berikut:
1)      Penambahan prefiks ber- atau kadang-kadang se- pada nomina tertentu setelah numeralia
Contoh:
tiga bersaudara
emapat beranak
tiga serangkai
tiga sekawan
(2)   Penambahan prefiks ber- pada numeralia pokok dan hasilnya diletakkan sesuadah pronomina persona kamu, kami, kita, atau mereka.
Contoh:
(kamu) berlima
(kami) berenam
(kita) berdua
(3)   Pemakaian numeralia yang berprefiks ber- dan yang diulang
Contoh:
Berpuluh-puluh
Beribu-ribu
(4)   Pemakaian gugus numeralia yang bersufiks –an
Contoh:
puluhan
ratusan
c.       Numeralia pokok distributif
Numeralia pokok distributif dapat dibentuk dengan cara mengulang kata bilangan. Artinya ialah (1)’... demi ...’, (2) ‘masing-masing’
Contoh:
satu-satu
dua-dua
d.      Numeralia pokok taktentu
Numeralia pokok taktentu mengacu pada jumlah yang tidak pasti dan sebagian besar numeralia ini tidak dapat menjadi jawaban atas pertanyaan yang memakai kata tanya berapa. Yang termasuk ke dalam numeralia taktentu adalah banyak, berbagai, beberapa, pelbagai, semua, seluruh, segala, dan segenap. Numeralia pokok taktentu ditempatkan di muka nomina yang diterangkannya.
Contoh:
Banyak orang
Berbagai masalah
e.       Numeralia pokok klitika
Numeralia yang dipungut dari bahasa jawa kuno, tetapi numeralia itu umumnya berbentuk proklitika. Jadi, numeralia ini dilekatkan di muka nomina yang bersangkutan.
Contoh:
eka-                ‘satu’   :           ekamatra          ‘satu dimensi’
dwi-                ‘dua’    :           dwiwarna        ‘dua warna’
tri-                  ‘tiga’    :           triwulan           ‘tiga bulan’
catur-              ‘empat’:           caturwulan      ‘empat bulan’
f.       Numeralia ukuran
Bahasa indonesia mengenal pula beberapa nominayang menyatakan ukuran, baik yang berkaitan dengan berat, panjang-pendek, maupun jumlah. Misalnya:
lusin
kodi
meter
liter
gram
2.      Numeralia Tingkat
Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Khusus bilangan satu dipakai istilah pertama.
Contoh:
kesatu atau pertama
kedua
ketiga
kesepuluh
3.      Numeralia Pecahan
Tiap bilangan pokok dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang dinamakan numeralia pecahan. Cara membentuk numeralia itu ialah dengan memakai kata per- di antara bilangan pembagi dan penyebut. Dalam bentuk huruf, per- ditempelkan pada bilangan yang mengikutinya. Dalam bentuk angka, dipakai garis yang memisahkan kedua bilangan itu. Contoh:
1∕2            --          seperdua, setengah, separuh
1∕10          --          sepersepuluh
Bilangan pecahan dapat mengikuti bilangan pokok. Contoh:
2 1∕2             --             dua setengah
7 6∕10           --             tujuh enam persepuluh
Bilangan campuran  seperti di atas juga dapat ditulis dengan cara desimal sebagai berikut:
2,5            --          dua setengah atau dua koma lima
9,75          --          sembilan tiga perempat atau sembilan koma tujuh lima
4.      Frasa Numeralia
Umumnya, frasa numeralia dibentuk dengan menambahkan kata penggolong. Contoh:
Dua ekor (kerbau)
Lima orang (penjahat)
KATA TUGAS
            Kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat.
            Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi lima kelompok: (1) preposisi, (2) konjungtor, (3) interjeksi, (4) artikula, dan (5) partikel penegas.
A.    Preposisi
Jika ditinjaudari perilaku semantisnya, preposisi atau kata depan, menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen dibelakangnya. Dalam frasa pergi ke pasar, misalnya, preposisi ke menyatakan hubungan makna arah antara pergi dan pasar.
Jika ditinjau dari perilaku sintaksis, preposisi berapa di depan nomina, adjektiva, atau adverbia sehingga terbentuk frasa yang dinamakan frasa preposisional. Dengan demikian, dapat terbentuk frasa preposisiional seperti ke pasar, sampai penuh, dan dengan segera.
Jika ditinjau dari segi bentuknya, preposisi ada dua macam yaitu preposisi tunggal dan preposisi majemuk.
1.      Jenis-jenis preposisi
a.      Preposisi  tunggal
1)      Preposisi yang berupa kata dasar
akan                                  takut akan kegelapan
antara                               antara anak dan ibu
bagi                                  bagi para mahasiswa
buat                                  buat teman-teman
dari                                   berasal dari Bogor
demi                                 demi orang tua
dengan                             pergi dengan temannya
di                                      duduk di kursi
hingga                              hingga sekarang
ke                                                 pergi ke kantor
kecuali                              kecuali buku
lepas                                 lepas pantai
lewat                                lewat tengah malam
oleh                                  dibeli oleh Ati
pada                                 ada pada saya
per                                    per kilogram
peri                                   peri kemanusiaan
sampai                              sampai pagi
sejak/semenjak                 sejak kecil
seperti                               seperti kakak dan adik
serta                                  lemari dan meja serta kursi
tanpa                                tanpa tersenyum
tentang                             berbicara tentang moneter
untuk                                buku untuk Tono
2)      Preposisi yang berupa kata berafiks

bersama
beserta
menjelang
menuju
seantero
sekeliling
sekitar
selama
sepanjang
seputar
seluruh
terhadap

bagaikan
melalui
b.      Preposisi majemuk/gabungan
1)      Preposisi berdampingan

dari pada
kepada
oleh karena
oleh sebab
sampai ke
samapai dengan
selain dari

2)      Preposisi berkolerasi

antara ... dengan ...
antara ... dan ...
dari ... hingga ...
dari ... sampai dengan ...
dari ... sampai ke ...
dari ...  ke ...
dari ... sampai ...
sejak ... hingga ...
sejak ... sampai ...

3)      Preposisi nomina lokatif
Suatu preposisi juga dapat bergabung dengan nomina asalkan nomina yang pertama mempunyai ciri lokatif. Dengan demikian, kita temukan frasa preosisional, seperti di atas meja, ke dalam rumah, dan dari sekitar kampus.
Contoh:
a.       Letakkan piring itu di (atas) meja.
b.      Buku itu ada di (dalam) lemari.
2.      Peran semantis preposisi
a.       Penanda hubungan tempat

di
ke
dari
hingga
sampai
antara
pada

b.      Penanda hubungan peruntukan

bagi
untuk
buat
guna

c.       Penanda hubungan sebab
karena
sebab
lantaran
d.      Penanda hubungan kesertaan atau cara

dengan
sambil
beserta
bersama

e.       Penanda hubungan pelaku
oleh
f.       Penanda hubungan waktu

pada
hingga
sampai
sejak
semenjak
menjelang

g.      Penanda hubungan ihwal peristiwa
tentang
mengenai
h.      Penanda hubungan milik
dari
B.     Konjungtor
Konjungtor atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungtor dibagi menjadi empat kelompok: (1) konjungtor koordinatif, (2) konjungtor korelatif, (3) konjungtor subordinatif, (4) konjugtor antar kalimat yang berfungsi pada tataran wacana.
1.      Konjungtor koordinatif
dan                       penanda hubungan penambahan
serta                      penanda hubungan pendampingan
atau                      penanda hubungan pemilihan
tetapi                    penanda hubungan perlawanan
melainkan             penanda hubungan perlawanan
padahal                 penanda hubungan pertentangan
sedangkan            penanda hubungan pertentangan
2.      Konjungtor korelatif
baik ... maupun ...
tidak hanya ..., akan tetapi ...
bukan hanya ..., melainkan juga ...
demikian ... sehingga ...
sedemikin rupa ... sehingga ...
apa(kah) .... atau ...
entah ... entah ...
jangankan ..., ... pun ...
3.      Konjungtor subordinatif
a.       Konjungtor subordinatif waktu:
1)      sejak, semenjak, sedari
2)      sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi
3)      setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai
4)      hingga, sampai
b.      Konjungtor subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala
c.       Konjungtor subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya
d.      Konjungtor subordinatif tujuan: agar, supaya, biar
e.       Konjungtor subordinatif konsesif: biarpun, meski(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun)
f.       Konjungtor subordinatif pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih
g.      Konjungtor subordinatif sebab: sebab, oleh karena, oleh sebab, karena,
h.      Konjungtor subordinatif hasil: sehingga, sampai (-sampai), maka(nya)
i.        Konjungtor subordinatif alat: dengan, tanpa
j.        Konjungtor subordinatif cara: dengan, tanpa
k.      Konjungtor subordinatif komplementasi: bahwa
l.        Konjungtor subordinatif atributif: yang
m.    Konjungtor subordinatif perbandingan: sama ... dengan, lebih ... dari(pada)
4.      Konjungtor antar kalimat
biarpun demikian/begitu
sekalipun demikian/begitu
walaupun demikian/begitu
meskipun demikian/begitu
sungguhpun demikian/begitu
kemudian, sesudah itu, setekah itu, selanjutnya
tambahan pula, lagi pula, selain itu
sebaliknya
sesungguhnya, bahwasanya
malah(an), bahkan
(akan) tetapi, namun
kecuali itu
dengan demikian
oleh karena itu, oleh sebab itu
sebelum itu



C.    Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalahkata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara.
1.      Jenis Interjeksi
a.       Interjeksi kejijikan: bah, cih, cis, ih, idih
b.      Interjeksi kekesalan: brengsek, sialan, buset, keparat
c.       Interjeksi kekaguman atau kepuasan: aduhai, amboi, asoi
d.      Interjeksi kesyukuran: syukur, alhamdulillah
e.       Interjeksi harapan: insya Allah
f.       Interjeksi keheranan: aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah
g.      Interjeksi kekagetan: astaga, astaghfirullah, masyaallah
h.      Interjeksi ajakan: mari, ayo
i.        Interjeksi panggilan: hai, he, eh, halo
j.        Interjeksi simpulan: nah
D.    Artikula
Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam bahasa Indonesia ada kelompok artikula: (1) yang bersifat gelar, (2) yang mengacu ke makna kelompok, dan (3) yang menominalkan.
1.      Artikula yang bersifat gelar
Artikula yang bersifat gelar pada umumnya brtalian dengan orang atau hal yang dianggap bermartabat. Berikut ini jenis-jenisnya:
a.       Sang   : untuk manusia atau benda unik dengan maksud untuk meninggikan martabat; kadang-kadang juga dipakai untuk gurauan atau sindiran;
b.      Sri      : untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam keagamaan atau kerajaan;
c.       Hang  : untuk laki-laki yang dihormati dan pemakaiannya terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama;
d.      Dang  : untuk wanita yang dihormati da pemakaiannya terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama.
2.      Artikula yang mengacu pada makna kelompok
Artikula yang mengacu pada makna kelompok atau makna kolektif adalah para.
3.      Artikula yang menominalkan
a.       Si        : mengacu ke makna tunggal atau generik, bergantung pada konteks kalimatnya; dipakai untuk mengiringi nama orang, membentuk nomina dari verba dan adjektiva, dan dalam bahasa yang tak formal untuk mengiringi pronomina dia.
b.      Yang  : membentuk frasa nominal dari verba, adjektiva, atau kelas kata lain, yang bersifat takrif atau definit; menjadi pengantar klausa relatif.
E.     Partikel  Penegas
Kategori partikel meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel:
a.       Partikel –kah            : partikel yang berbentuk klitika dan bersifat manasuka dapat menegaskan kalimat interogatif.
Contoh:
Diakah yang akan datang?
(bandingkan: Dia yang akan datang.)
b.      Partikel –lah : berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif dan deklaratif.
Contoh:
Pergilah sekarang, sebelum hujan turun! (dalam kalimat imperatif)
Inilah gerakan pembaruan. (dalam kalimat deklaratif)
c.       Partikel –tah : berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat interogatif, tetapi si penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban.
Contoh:
Apatah arti hidup ini tanpa engkau?
Siapatah gerangan orangnya yang mau menolongku.
d.      Partikel pun  :
(1)   Pun dipakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya.
Contoh:
 Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
Yang tidak perlu pun dibelinya juga.
(2)   Pun sering dipakai bersama –lah untuk menandakan perbuatan atau proses mulai berlaku atau terjadi.
Contoh:
Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya.
Para anggota yag menolak pun mulailah berpikir-pikir lagi.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Bacaan Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah Karya Tere Liye

Contoh Kajian Sosiologi Sastra

Laporan Bacaan Buku Sastra Bandingan Karya Sapardi Djoko Damono