Analisis Tindak Tutur Ilokusi
TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM CERPEN MENANTI KELAHIRAN
KARYA A.A. NAVIS
Oleh Winia Wanda
A.
TINDAK TUTUR DIREKTIF
Tindak tutur
direktif adalah tiindak tutur yang digunakan untuk meminta seseorang atau orang
lain melakukan sesuatu yang disebutkan dalam ujaran itu. biasanya berupa
menyuruh, memohon, menyarankan menghimbau, dan menasehati.
1.
Menyuruh
Tindak tutur menyuruh adalah tindak tutur yang dituturkan
untuk menyuruh mitra tuturnya melakukan apa yang penutur ucapkan. Tindak tutur
menyuruh dalam cerpen Menanti Kelahiran karya A.A. Navis dapat dilihat pada contoh (1) berikut
ini.
(1)
“Ke mana aku mau pergi, tanyamu? Kalau itu yang
kautanyakan, baik. Aku jawab begini. Antarkan
saja aku pulang ke rumah orang tuaku.”
(paragraf 15)
Pada contoh (1) sang
istri menyuruh suaminya untuk mengantarkannya ke rumah orang tuanya. Tindak
tutur contoh (1) merupakan tindak tutur direktif menyuruh yang ditandai dengan
kata antarkan.
Kata antarkan
disampaikan oleh penutur (istri) untuk menyuruh petuturnya (suami)
untuk mengantarkannya ke rumah orang tuanya.
Tindak tutur
direktif menyuruh juga terdapat pada kutipan (2) berikut.
(2)
“Ayolah, Len. Kenapa kau diam saja? Tukarlah pakaianmu,” kata suaminya.
(paragraf 48)
Pada contoh (2) suami menyuruh istrinya menukar pakaiannya. Tindak tutur
contoh (2) merupakan tindak tutur direktif menyuruh yang ditandai dengan kata tukarlah.
Kata
tukarlah disampaikan penutur (suami) kepada petutur (istri) untuk
mengganti pakaiannya.
Dan
tindak tutur direktif menyuruh juga terdapat peda kutipan (3) berikut ini.
(3) Seorang juru rawat segera datang padanya dan sambil merebahkan badannya
kembali ia berkata, “Tenanglah, Nyonya.
Anak Nyonya tidak apa-apa.”
(paragraf 66)
Pada contoh (3) juru rawat menyuruh pasiennya untuk tenang. Tindak tutur
contoh (3) merupakan tindak tutur
direktif menyuruh yng ditandai dengan kata tenanglah. Kata
tenanglah disampaikan penutur (juru rawat) kepada petutur (pasiennya)
untuk tenang.
2.
Memohon
Tindak tutur memohon adalah tindak tutur yang dituturkan
untuk memohonkan agar mitra tuturnya melakukan apa yang penutur ucapkan. Tindak
tutur memohon dalam Menanti Kelahiran karya A.A. Navis dapat dilihat pada contoh (4) berikut
ini.
(4)
“Nyonya.
Kasihanilah kami, Nyonya,” kata perempuan itu beriba-iba.
(paragraf 32)
Pada contoh (4) seorang perempuan memohon untuk dikasihani oleh
seseorang yang disebutnya nyonya. Tindak tutur contoh (4) merupakan tindak
tutur direktif memohon yang ditandai dengan kata kasihanilah. Kata kasihanilah
disampaikan penutur (perempuan) kepada petutur (nyonya) untuk dikasihani.
Tindak tutur direktif memohon juga terdapat pada kutipan (5) berikut
ini.
(5)
“Nyonya. Kalau Nyonya tidak kasihan kepadaku, kasihanilah bayi ini, Nyonya. Dia tidak
berayah lagi, Nyonya. Sudah mati dibunuh gerombolan,” kata perempuan itu lagi
dengan gigihnya meminta belas kasihan.
(paragraf 38)
Pada contoh (5) seorang perempuan memohon untuk dikasihani bayinya oleh
seseorang yang disebutnya nyonya. Tindak tutur contoh (5) merupakan tindak
tutur direktif memohon yang ditandai dengan kata kasihanilah. Kata kasihanilah
disampaikan penutur (perempuan) kepada petutur (nyonya) untuk dikasihani.
3.
Menyarankan
Tindak tutur menyarankan adalah tindak tutur yang
dituturkan untuk menyarankan mitra tuturnya melakukan apa yang penutur ucapkan.
Tindak tutur menyarankan dalam Menanti Kelahiran karya A.A. Navis dapat dilihat pada contoh (6) berikut
ini.
(6)
“Tak baik
marah-marah, Len. Ingatlah akan anak kita yang dalam kandunganmu itu.”
(paragraf 20)
Pada contoh (6) suami menyarankan istrinya Len, untuk tidak marah-marah
karena ia sedang mengandung. Tindak tutur contoh (6) merupakan tindak tutur
direktif menyarankan yang ditandai dengan kalimat “Tak baik marah-marah, Len.
Ingatlah akan anak kita yang dalam kandunganmu itu.” kalimat itu
disampaikan penutur (suami) kepada petutur (istrinya Len) untuk tidak
marah-marah.
4.
Menasehati
Tindak tutur menasehati adalah tindak tutur yang
dituturkan untuk menasehati mitra tuturnya melakukan apa yang penutur ucapkan.
Tindak tutur menasehati dalam Menanti Kelahiran karya A.A. Navis dapat dilihat pada contoh (7) berikut
ini.
(7) Dia ingat ibunya pernah bilang, “Len, dalam hamil, jangan suka ingat pada yang jelek-jelek. Nanti anakmu jadi
jelek pula. Kalau tidak wajahnya, tentu perangainya.”
(paragraf 26)
Pada
contoh (7) ibu memberikan nasihat kepada Len bahwa dalam masa hamil jangan
mengingat yang jelek-jelek, akan berakibat pada anak yang akan dilahirkannya.
Tindak tutur contoh (7) merupakan tindak tutur direktif menasihati yang
ditandai dengan kalimat dalam hamil,
jangan suka ingat pada yang jelek-jelek. Nanti anakmu jadi jelek pula. Kalau
tidak wajahnya, tentu perangainya.
5. Menghimbau
Tindak tutur direktif
menghimbau dalma cerpen Menanti Kelahiran karya A.A. Navis tidak ditemukan.
B. TINDAK
TUTUR EKSPRESIF
Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang
dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal
yang disebutkan di dalam ujaran itu, seperti
memuji, mengkritik, mengucapkan terima kasih, dan mengeluh.
1.
Memuji
Tindak tutur memuji terdapat dalam cerpen Menanti Kelahiran karya A.A. Navis. Dapat
dilihat pada kulipan (8) berikut ini.
(8)
Ketika Haris, suaminya, pulang dari kantor, alangkah tercengangnya dia melihat perubahan
Lena yang telah mampu bertindak sendiri. Lena merasa geli melihat betapa
takjub suaminya kepadanya. Dan betapa senang hatinya, ketika Haris mencium
keningnya seraya berkata, ” Aku memang
sudah duga juga, kau betul-betul telah siap jadi seorang ibu.”
(paragraf 46)
Pada conto (8) Haris memuji istrinya dengan
mengatakan bahwa istrinya sudah siap menjadi seorang ibu karena sudah mampu
bertindak sendiri. tindak tutur (8) merupakan tindak tutur ekspresif memuji
yang ditandai dengan kalimat “Aku memang sudah duga juga, kau betul-betul
telah siap jadi seorang ibu.” Kalimat ini disampaikan penutur (Haris)
kepada petutur (istrinya).
2.
Mengkritik
Tindak
tutur mengkritik terdapat dalam cerpen Menanti Kelahiran karya A.A. Navis. Dapat dilihat pada kulipan (9) berikut ini.
(9)
“Anak kita? Oooo, ada juga kau memikirkannya? Ada
juga kau ingat padanya. Tapi ada kau pernah menanyakan apa-apa yang diperlukan
buat menyambut kedatangannya? Tidak. Kau tak pernah bertanya. Kau selamanya tidak peduli. Kenapa? Karena
kau sudah bosan padaku. Kau sudah bosan. Pasti.” Napasnya jadi
tersengal-sengal kini. Hingga dadanya turun naik dengan kencangnya. Sebenarnya dia mau mengatakan kata-kata
yang lebih tajam lagi dengan menyuruh laki-laki itu supaya kawin lagi, kalau ia
benar-benar sudah bosan.
(paragraf 21)
Pada contoh (9) Sang istri mengkritik tingkah
suaminya dengan mengatakan bahwa suaminya bosan padanya. Tindak tutur contoh
(9) merupakan tindak tutur ekspresif mengkritik yang ditandai dengan kalimat. Kau
selamanya tidak peduli. Kenapa? Karena kau sudah bosan padaku. Kau sudah bosan.
Tindak tutur mengkritik juga terdapat pada
kutipan (10) berikut ini.
(10)
“Kau terlalu cerewet, Len. Tentu
saja orang tak tahan lama-lama tinggal di sini,” kata suaminya ketika babu yang
terakhir pergi pula. Dan perkataan suaminya itu ada terasa benarnya, tapi
selamanya terlambat datangnya. Karena
setiap suaminya mengatakan kecerewetannya berbabu, secepat itu pula dia
membangkang kata-kata suaminya itu.
(paragraf 29)
Pada contoh (10) suami mengkritik istrinya dengan
mengatakan bahwa istrinya cerewet. Tindak tutur contoh (10) merupakan tindak
tutur ekspresif mengkritik yang ditandai dengan kalimat Kau terlalu cerewet, Len. Tentu
saja orang tak tahan lama-lama tinggal di sini,” . kalimat ini disampaikan penutur (suami)
kepada petutur (istrinya Lena).
Tindak tutur mengkritik juga terdapat pada kutipan
(11) berikut ini.
(11)
Dan Lena yang tak biasa bergaul dengan orang-orang
seperti itu, merasa jijik memandangnya.
Dia ajak Haris supaya cepat-cepat berlalu. Tapi Haris masih tegak mengamati
kelompok itu.
“Ayolah. Buat apa dilihat.
Aku jijik,” kata Lena.
(paragraf 57)
Pada contoh (11) lena mengatakan kepada suaminya
bahwa ia jijik melihat sesuatu. Tindak tutur contoh (11) merupakan tindak tutur
ekspresif mengkritik yang ditandai dengan kalimat “Ayolah. Buat apa dilihat. Aku jijik,”. kalimat ini disampaikan
penutur (istri) kepada petutur (suami).
Dan tindak tutur mengkritik juga terdapat pada
kutipan (12) berikut ini.
(12)
“Hampir setiap hari, kalau dia mandi, aku intip
dari lubang itu. Aduuh, Mak, putihnya
bukan main. Seperti singkong
berkubak pahanya. Tapi perutnya, bukan main. Begini,” kata anak itu sambil
menirukan jalan perempuan dalam hamil berat dengan cara yang berlebih-lebihan.
Dan orang-orang di kelompok itu terkakah lagi.
(paragraf 59)
Pada contoh (12) seorang
anak mengkritik Lena dengan mengatakan bahwa perut Lena putih bukan main dan
seperti singkong berkubak padanya. Tindak tutur contoh (12) merupakan tindak tutur
ekspresif mengkritik yang ditandai dengan kalimat Aduuh, Mak, putihnya bukan main.
Seperti singkong berkubak pahanya. Tapi perutnya, bukan main. Begini. Kaliamt
ini disampaikan penutur (anak) kepada petutur (orang disekitarnya).
3.
Mengeluh
Tindak
tutur mengeluh terdapat dalam cerpen Menanti Kelahiran karya A.A. Navis. Dapat dilihat pada kulipan (13) berikut ini.
(13)
“Bagaimana
kita bisa pergi, kalau yang jaga rumah tidak ada?” kata laki-laki itu kemudian.“Alaah kau. Kau selamanya memakai alasan itu-itu
saja,” balasnya. Dan kini napasnya kian kencang dirasakannya.
(paragraf 19)
Pada contoh (13) Lena mengeluh kepada suaminya
karena mendengar alasan suaminya yang tidak mau pergi dari rumah. Tindak tutur
(13) merupakan tindak tutur ekspresif mengeluh yang ditandai dengan kata alaah kau.
4.
Mengucapkan terima kasih
Tindak
tutur ekspresif mengucapkan terima kasih
dalam cerpen Menanti Kelahiran karya A.A. Navis tidak ditemukan.
C.
TINDAK TUTUR ASERTIF
Tindak
tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran
atas apa yang dikatakannya, seperti menyatakan,
melaporkan, menunjukkan, dan menyebutkan.
1.
Menyatakan
Tindak tutur menyatakan terdapat dalam cerpen Menanti Kelahiran karya A.A. Navis. Dapat
dilihat pada kulipan (14) dan (15) berikut ini.
(14)
“Sudah bosan
kau padaku. Katakanlah begitu,” kata perempuan itu sambil menegakkan
duduknya dan memandang suaminya dengan mata yang menantang.
(paragraf 17)
(15)
“Tidak. Aku
tidak memerlukan babu,” katanya tegas kepada perempuan yang dari tadi
menunggu jawabnya.
(paragraf 31)
Pada contoh (14) dan (15) berturut-turut, perempuan
menyatakan bahwa suaminya bosan padanya dan perempuan itu menyatakan bahwa ia
tidak memerlukan babu. Tindak tutur contoh (14) dan (15) merupakan tindak tutur
asertif menyatakan yang ditandai dengan kalimat Sudah bosan kau padaku dan Aku
tidak memerlukan babu. Kalimat itu di sampaikan penutur (perempuan)
kepada petutur (suaminya (14) dan orang yang datang kerumahnya (15)).
2.
Menunjukkan
Tindak tutur menunjukkan terdapat dalam cerpen Menanti Kelahiran karya A.A. Navis. Dapat
dilihat pada kulipan (16) berikut ini.
(16)
“Yang besar ini, Darman. Tapi orang
memanggilnya Bisu.”
(paragraf 44)
Pada contoh (16) penutur menunjukkan kepada petutur anaknya bernama
Darman. Tindak tutur contoh (16) adalah tindak tutur asertif menunjukkan yang
ditandai dengan frasa yang ini. Frasa yang ini disampaikan
penutur kepada petuturnya.
3.
Menyebutkan
Tindak tutur menunjukkan terdapat dalam cerpen Menanti Kelahiran karya A.A. Navis. Dapat
dilihat pada kulipan (17) berikut ini.
(17)
“Yang
besar ini, Darman. Tapi orang
memanggilnya Bisu.”
(paragraf 44)
Pada contoh (17) penutur menyebutkan nama seseorang. Tindak tutur contoh
(17) merupakan tindak tutur asertif menyebutkan yang ditandai dengan kata Darman. Kata Darman disampaikan penutur kepada petutur.
4.
Melaporkan
Tindak
tutur asertif melaporkan dalma cerpen Menanti Kelahiran karya A.A. Navis tidak ditemukan.
D.
TINDAK TUTUR KOMISIF
Tindak
tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan
apa yang disebutkan di dlama ujarannya, seperti berjanji, bersumpah, dan mengancam.
Tindak
tutur komisif dalam cerpen Menanti Kelahiran karya A.A. Navis tidak ditemukan.
E.
TINDAK TUTUR DEKLARATIF
Tindak tutur
deklaratif adalah tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk
menciptakan hal (status, keadaan, dsb.) yang baru. Seperti : memutuskan, membatalkan, mengizinkan,
melarang, dan memberi maaf. Biasanya
penutur harus memiliki peran institusi khusus dalam konteks tertentu untuk
dapat melaksanakan deklarasi.
Tindak
tutur deklaratif dalam cerpen Menanti Kelahiran karya A.A. Navis tidak ditemukan.
Tabel 1. Tindak Tutur Direktif
No
|
Data
|
Tindak
tutur direktif
|
1.
|
“Ke
mana aku mau pergi, tanyamu? Kalau itu yang kautanyakan, baik. Aku jawab
begini. Antarkan saja aku pulang ke
rumah orang tuaku.”
(paragraf
15)
|
Menyuruh
|
2.
|
“Ayolah,
Len. Kenapa kau diam saja? Tukarlah
pakaianmu,” kata suaminya.
(paragraf
48)
|
Menyuruh
|
3.
|
Seorang
juru rawat segera datang padanya dan sambil merebahkan badannya kembali ia
berkata, “Tenanglah, Nyonya. Anak
Nyonya tidak apa-apa.”
(paragraf
66)
|
Menyuruh
|
4.
|
“Nyonya. Kasihanilah kami, Nyonya,”
kata perempuan itu beriba-iba.(paragraf 32)
|
Memohon
|
5.
|
“Nyonya. Kalau Nyonya tidak kasihan kepadaku, kasihanilah bayi ini, Nyonya. Dia tidak berayah lagi, Nyonya.
Sudah mati dibunuh gerombolan,” kata perempuan itu lagi dengan gigihnya meminta
belas kasihan.
(paragraf
38)
|
Memohon
|
6.
|
“Tak baik marah-marah, Len. Ingatlah akan
anak kita yang dalam kandunganmu itu.”
(paragraf
20)
|
Menyarankan
|
7.
|
Dia ingat ibunya pernah bilang, “Len, dalam hamil, jangan suka ingat pada yang jelek-jelek. Nanti anakmu
jadi jelek pula. Kalau tidak wajahnya, tentu perangainya.”
(paragraf
26)
|
Menasihati
|
Tabel 2. Tindak Tutur Ekspresif
No
|
Data
|
Tindak tutur ekspresif
|
8.
|
Ketika
Haris, suaminya, pulang dari kantor, alangkah
tercengangnya dia melihat perubahan Lena yang telah mampu bertindak sendiri.
Lena merasa geli melihat betapa takjub suaminya kepadanya. Dan betapa senang
hatinya, ketika Haris mencium keningnya seraya berkata, ” Aku memang sudah duga juga, kau
betul-betul telah siap jadi seorang ibu.”
(paragraf
46)
|
Memuji
|
9.
|
“Anak kita? Oooo, ada juga kau memikirkannya? Ada juga kau ingat
padanya. Tapi ada kau pernah menanyakan apa-apa yang diperlukan buat
menyambut kedatangannya? Tidak. Kau tak pernah bertanya. Kau selamanya tidak peduli. Kenapa? Karena kau sudah bosan padaku.
Kau sudah bosan. Pasti.” Napasnya jadi tersengal-sengal kini. Hingga
dadanya turun naik dengan kencangnya. Sebenarnya
dia mau mengatakan kata-kata yang lebih tajam lagi dengan menyuruh laki-laki
itu supaya kawin lagi, kalau ia benar-benar sudah bosan.
(paragraf
21)
|
mengkritik
|
10.
|
“Kau terlalu cerewet, Len. Tentu
saja orang tak tahan lama-lama tinggal di sini,” kata suaminya ketika babu
yang terakhir pergi pula. Dan perkataan suaminya itu ada terasa benarnya,
tapi selamanya terlambat datangnya. Karena
setiap suaminya mengatakan kecerewetannya berbabu, secepat itu pula dia
membangkang kata-kata suaminya itu.
(paragraf
29)
|
Mengkritik
|
11.
|
Dan
Lena yang tak biasa bergaul dengan orang-orang seperti itu, merasa jijik memandangnya. Dia ajak
Haris supaya cepat-cepat berlalu. Tapi Haris masih tegak mengamati kelompok
itu.
“Ayolah. Buat apa dilihat. Aku jijik,” kata Lena.
(paragraf
57)
|
Mengkritik
|
12.
|
“Hampir setiap hari, kalau dia mandi, aku intip dari lubang itu.
Aduuh, Mak, putihnya bukan main. Seperti singkong berkubak pahanya. Tapi
perutnya, bukan main. Begini,” kata anak itu sambil menirukan jalan
perempuan dalam hamil berat dengan cara yang berlebih-lebihan. Dan
orang-orang di kelompok itu terkakah lagi.
(paragraf
59)
|
Mengkritik
|
13.
|
“Bagaimana kita bisa pergi, kalau yang jaga rumah tidak ada?” kata laki-laki
itu kemudian.“Alaah kau. Kau selamanya
memakai alasan itu-itu saja,” balasnya. Dan kini napasnya kian kencang
dirasakannya.
(paragraf
19
|
Mengeluh
|
Tabel 3.
Tindak Tutur Asertif
No
|
Data
|
Tindak tutur asertif
|
14.
|
“Sudah bosan kau padaku.
Katakanlah begitu,” kata perempuan itu sambil menegakkan duduknya dan
memandang suaminya dengan mata yang menantang.
(paragraf
17)
|
Menyatakan
|
15.
|
“Tidak. Aku
tidak memerlukan babu,” katanya tegas kepada perempuan yang dari tadi
menunggu jawabnya.
(paragraf
31)
|
Menyatakan
|
16.
|
“Yang besar ini, Darman. Tapi orang memanggilnya Bisu.”
(paragraf
44)
|
Menunjukkan
|
17.
|
“Yang
besar ini, Darman. Tapi orang
memanggilnya Bisu.”
(paragraf
44)
|
Menyebutkan
|
Komentar
Posting Komentar